bukan disana

saya mulai mengerti
kenapa garis senyumnya semakin menurun
wajahnya semakin tua
kalimatnya semakin sinis
tawanya semakin basi
sama mengertinya mengapa kukenakan cincin ini di tangan kiri
dan bukan dijari manis


terinspirasi oleh sara amalia, istri ariel

akhir

jika kau mati-matian mengejar akhir
maka hadapilah
janagan berlari
tabrakkan saja
hancurkan saja
karena kan kusajikan akhir disini
tepat di mukamu
maka tatap
tegakkan punggungmu

basa basi

perhatian sudah tidak bermakna
sentuhan hanya untuk melegakan kebutuhan
basa basi demi menuntaskan kewajiban
maka marilah kita lihat akhir apa yang kita capai

ayo belajar

mengapa bertahan jika tau ini berujung.
jika tau ini berakhir
hanya menarik napas sia-sia
dari satu helaan napas berat ke helaan napas lain yang tak meringankan
menghabiskan tenaga untuk sesuatu yang tak mungkin
tak pernah belajar

take&give

aku berkata
agar tak ada lagi rahsia
antar kita
cukup kita
maka selayaknya pertukaran
kuberharap yang sebanding
jika tidak
maka sia-sia

bodoh

aku bergantung pada benang tipis ini
meregang setengah mati
mati-matian bertahan
mati-matian menjaga agar tak putus

bodohnya

maka biarlah
tak perlu lagi
sudah terlalu bodoh

terlalu singkat

dulu air mata memuncah
hanya tidur yang mengistirahatkan pikiran
sekarang bersedihpun tidak
marah yang membuat tegar
agar bersiap
perbaiki diri
percantik diri
untuk yang ditakdirkan
untuk yang lebih menyenangkan
karena hidup terlalu singkat untuk terus disakiti

kita

hilang sudah

saat batas tercipta
rahasia tersimpan
jalan semakin menyesatkan

maka tidak ada lagi kita

karena itulah yang membuat kita ada
itu yang membuatku berpegang pada kita

hati ini

mudah tergores sayang
tak mudah sembuh pula
maka berhati-hatilah
saya bukan pemaaf
saya dengan bodohnya menjadi pendendam
ingat itu!!!!

rumahku

saat berpikir harus kemana
aku tak pernah punya rumah
maka harus pulang kemana

jika sebuah tawa menjadi rumah
maka biarlah ia rumahku
walau berkali-kali terusir

jika sebuah kekaguman menjadi rumah
maka pastilah kau yang menjadi rumahku

saat berpikir harus kemana
karena aku tak pernah punya rumah
kau datang menawarkannya
memperhatikan
menghapus luka

lalu masihkah harus kucari rumah itu
karena selama ini ia ada disana
di tempat itu
yang kupikir tak kan mungkin menjadi rumahku

ini rumahku
yang mengabaikan agar ku kuat
yang tidak mengagumi agar aku tak besar kepala

memang aku kuat memang aku tak jadi besar kepala
tapi perlu bertahun-tahun
untuk menyadari memang itu rumahku

lalu haruskah kutinggalkan tawa yang sekejap menjadikan ia rumah

kau

kaulah rumah
kaulah penyimpan kisahku
kau yang membuatku hebat.
menyadarkan aku hebat
kau!!!

sehingga bisa kuterima jika kita hanya teman