saat berpikir harus kemana
aku tak pernah punya rumah
maka harus pulang kemana
jika sebuah tawa menjadi rumah
maka biarlah ia rumahku
walau berkali-kali terusir
jika sebuah kekaguman menjadi rumah
maka pastilah kau yang menjadi rumahku
saat berpikir harus kemana
karena aku tak pernah punya rumah
kau datang menawarkannya
memperhatikan
menghapus luka
lalu masihkah harus kucari rumah itu
karena selama ini ia ada disana
di tempat itu
yang kupikir tak kan mungkin menjadi rumahku
ini rumahku
yang mengabaikan agar ku kuat
yang tidak mengagumi agar aku tak besar kepala
memang aku kuat memang aku tak jadi besar kepala
tapi perlu bertahun-tahun
untuk menyadari memang itu rumahku
lalu haruskah kutinggalkan tawa yang sekejap menjadikan ia rumah
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment